TEORI PSIKOLOGI BELAJAR
1. Sudarwan Danim,1995.Media Komunikasi Pendidikan.Jakarta =
Bumi Aksara (hal 9)
Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang
penganut aliran kognitif yang kuat,bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari
tiga tahapan,yakni (1) asimilasi, (2) akomodasi, dan (3) equilibrasi
(penyeimbangan).
Piaget membagi perkembangan kognitif
menjadi empat tahap, yaitu periode senoris motorik,periode
praoperasional,periode operasional konkret, dan periode operasional
formal.Proses belajar yang dialami anak pada periode sensoris motorik tentu
berbeda dengan anak pada tahap praoperasional,demikian pula dengan tahap
lain.Secara Umum,semakin tinggi tingkat kognitif seseorang,semakin teratur dan
semakin abstrak cara berpikirnya.
2. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa,1997.Dasar dan Teori Perkembangan Anak.Jakarta
= Gunung Mulia (hal 112)
Dasar dari teori belajar untuk menerangkan
tingkah laku dan perkembangan kepribadian berasal dari konsep mentalistik atau
konsep strukturalistik-analistik.
3. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd.,2006.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta=
PT Bumi Aksara (hal 12)
Menurut ausubel (1968),siswa akan belajar
dengan baik jika apa yang disebut "pengatur kemajuan (belajar)"
(advance OrganizErs)didefinisikan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada
siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi(mencakup)semua
isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa
4. Azizi Yahya,Jaafar Sidek latif Shahrin
Hashim,Yusof Boon. ,2003.Psikologi
Alam Anak Remaja.Jakarta = PTS Professional (hal 12)
Teori Kognitif tokoh-tokoh teori ini
terdiri dari pada Robert lee,Robin Lakoff d slobin,George miller,Kobler,Noam
Chomsky dan lain-lain.Teori ini menjelaskan manusia mempunai peringkat otak dan
saraf yang tinggi,yang mana melalui manusia dapat mempelajari berbagai
perkara.Teori ini menyatakan setiap orang mempunyai kebolehan semula jadi bagi
menguasai bahasa yang disebut Language Acquisition Device (LAD) dan membolehkan
manusia memperoleh bahasa ibundanya. Kognitif dikaitkan dengan proses-proses
mental mengubah input-input sensori kepada bentuk yang lebih bermakna dengan
merekodkan,menyimpan dan menggunakan semula maklumat yang ada.Konsep Kognitif
ini juga melihat bagaimana organisma menggunakan maklumat-maklumat yang sedia
ada di perssekitaran dan peranan ingatan di dalam membuat kepputusan dari sudut
'apa yang harus dilakukan'.Maklumat pengetahuan ini diorganisasikan dalam
struktur - struktur kognitif seperti motivasi,efektif,tingkah laku dan sikap.
5. Dr. Paul Suparno,2005.Teori perkembangan kognitif jean Piaget.Yogyakarta
= Kanisus (Hal 141)
Menurut Wadsworth (1989) mengingat dan
menghafal tidak dianggap sebagai belajar yang sesungguhnya karena kegiatan
tersebut tidak memasukkan proses asimilasi dan pemahaman. Anak yang tahu
menyebut nama angka-angka,belum tentu bahwa ia mengerti konsep angka-angka
tersebut
6. S. Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta = PT
Bumi Aksara. (Hal 132)
Teori Belajar yang paling tua adalah teori
asosiasi, yakni hubungan antara stimulus dan respon. Hubungan itu bertambah
kuat bila sering diulangi, dan respon yang tepat diberi ganjaran berupa makanan
atau pujian atau cara lain yang memberi rasa puas dan senang.
7. M. Ngalim Purwanto. 2000. Psikologi Pendidikan.Bandung= PT Rosada
Karya (hal 92)
Teori Conditioning dari Guthrie, menurutnya
untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik harus dilihat dalam rentetan
deretan unit tingkah lakunya, kemudian kita usahakan untuk menghilangkan unit
yang tidak baik itu atau menggantinya dengan yang lain atau yang seharusnya
8.
Sri Esti Wuryani Djiwandoro, 2002, Psikologi Pendidikan, Jakarta = PT RajaGrafindo Persada, (hal 127)
a) E.L. Thorndike (The Law Of
Effect)
Thorndike menghapuskan
bagian negatif yang “mengganggu” dari hukum law
of effect (hukum pengaruh) karena dia menemukan bahwa hukuman tidak
penting. Hukuman akan memperlemah ikatan dan tidak mempunyai efek apa-apa,
berbeda dengan hadiah (reward).
Law of exercises (hukum latihan) pada umumnya dinyatakan hubungan
antara S dan R akan menjadi semakin kuat dengan makin sering R (respons)
dilaksanakan terhadap S (stimulus). Dengan latihan berkali-kali (law of use) hubungan S dan R makin kuat.
b) Ivan Pavlow: Classical Conditioning
Bila CR (conditioned respons) terhadap suatu CS (conditioned stimulus) telah terbentuk
stimuli yang mirip CS menimbulkan CR juga. Makin mirip CS baru ini dengan CS
yang menimbulkan CR, makin sempurna terjadi substitusi CS. Prinsip ini disebut
generalisasi.
Jika penyajian CS
berulang-ulang tidak diikuti oleh penyajian US (Unconditioned stimulus), CR makin lama makin hilang.
c) J.B. Watson: Conditioning Reflect
Watson percaya bahwa belajar
adalah suatu proses dari unconditioning
reflect (respons) melalui pergantian dari satu stimulus kepada yang lain.
9.
Prof. Dr. H. Abin Syamsuddin Makmun, M.A.
1999. PSIKOLOGI PENDIDIKAN Perangkat
Sistem Pengajaran Modul. Bandung = PT. Rosdyakarya. (Hal 159)
Belajar merupakan perubahan fungsional. Pendapat ini dikemukakan oleh penganut paham teori daya. Paham ini berpendirian bahwa jiwa manusia itu terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi yang memiliki daya atau kemampuan tertentu. Misalnya, daya mengingat, daya berfikir, dan sebagainya
Belajar merupakan perubahan fungsional. Pendapat ini dikemukakan oleh penganut paham teori daya. Paham ini berpendirian bahwa jiwa manusia itu terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi yang memiliki daya atau kemampuan tertentu. Misalnya, daya mengingat, daya berfikir, dan sebagainya
10. Roy Anderson.
2008. LANGKAH PERTAMA MEMBUAT SISWA
BERKONSENTRASI. Jakarta = PT. Indeks.(Hal3)
Cara menguji teori dari Dr. Carl delacto (1959, 1963) sangatlah sederhana. Yakni, dengan menerapkannya dulu pada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi yang belajar disekolah umum. Anak ini harus mempunyai tingkat intelegnsi antara rata rendah dan tinggi untuk menghindari adanya cacat mental yang menutup keberhasilan dan harus tidak memiliki cacat fisik sehingga mereka tidak akan megalami kesulitan dalam latihan.
Cara menguji teori dari Dr. Carl delacto (1959, 1963) sangatlah sederhana. Yakni, dengan menerapkannya dulu pada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi yang belajar disekolah umum. Anak ini harus mempunyai tingkat intelegnsi antara rata rendah dan tinggi untuk menghindari adanya cacat mental yang menutup keberhasilan dan harus tidak memiliki cacat fisik sehingga mereka tidak akan megalami kesulitan dalam latihan.
11.
Drs. Sumadi Suryabrata, BA, MA, Ed.S, Ph.D.
2002. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta =
PT. Raja Gravindo Persada. (Hal 248)
Thorndike
berpendapat bahwa yang ,emjadi unsure belajar itu ialah asosiasi antara kesan
pancaindra (sense impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to
action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam
terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Karena prinsip yang demikian
itulah yang membuat Thorndike itu disebut Connectionism atau Bond Psychology.
12.
Drs. Mochamad Nursalim, M.Si., dkk. 2007. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Surabaya=Unesa University Press. (Hal 54).
Kutipan :
B.F Skinner adalah tokoh behaviorisme yang mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan operant conditioning. Belajar secara operan dapat diartikan sebagai belajar dengan menggunakan konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku, sehingga jelaslah bahwa Skinner memandang reinforcement (penguatan) sebagai unsure yang paling penting dalam proses belajar.
Kutipan :
B.F Skinner adalah tokoh behaviorisme yang mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan operant conditioning. Belajar secara operan dapat diartikan sebagai belajar dengan menggunakan konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku, sehingga jelaslah bahwa Skinner memandang reinforcement (penguatan) sebagai unsure yang paling penting dalam proses belajar.
13. Muhibbin Syah, M.Ed., 2007, Psikologi
Belajar, Jakarta= PT RajaGrafindo Persada(hal 92)
Social Learning Theory
(Teori Belajar Sosial)
Tokoh utama teori ini adalah
Albert Bandura. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata
refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul
sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu
sendiri.
14.
Calvin S.
Hall, Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik.
Yogyakarta=Kanisius ( hal 200)
Pavlov berhasil
membuktikan bahwa melalui penyajian serentak suatu stimulus tak terkondisi,
lama kelamaan stimulus terkondisi mampu membangitkan respon yang mula-mula
hanya dapat dibangkitkan oleh stimulus tak terkondisi.
15.
H. Abu Ahmadi, Widodo Supriyono.
1991. Psikologi Belajar. Jakarta= PT Rineka Cipta ( hal 215)
a.
Piaget, yang
mengemukakan tentang perkembangan kognitif anak sesuai dengan perkembangan
usia.
b.
Bruner, yang
mengembangkan psikologi kognitif dengan menemukan metode belajar “discovery”
c.
Asubel, jika
pengetahuan disusun dan disajikan dengan baik, siswa akan dapat belajar dengan
efektif melalui buku teks dan metode-metode ceramah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar