TEORI PERKEMBANGAN REMAJA
1. Dr. C. Asri Budiningsih. 2004. PEMBELAJARAN MORAL. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal : 26.
Kutipan :
Piaget dan Kohlberg (1980) telah mengatakan tentang perkembangan moral. Mereka telah melakukan penyelidikan pada pola-pola struktur penalaran manusia dalam mengadakan kepentingan moral daripada penyelidikan tingkah laku. Mereka telah mengembangkan teori-teori perkembangan moral yang dengan jelas memperlihatkan tahap-tahap mana yang dilalui oleh seorang individu dalam mencapai kemampuan moral. Teori mereka mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan moral dan perincian prosedur untuk menentukan siapa-siapa saja yang ada pada tahap-tahap itu.
2. Drs. Mochamad Nursalim, M.Si., dkk. 2007. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Surabaya : Unesa University Press. Hal : 36.
Kutipan :
Tugas psikososial remaja adalah menciptakan suatu perasaan yang Erickson sebut sebagai ego identity. Utnuk mencapainya biasanya tergantung pada beberapa aktivitas, yaitu:
a. Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang mereka
b. Mereka mencari sesuatu yang sudah berlalu
c. Krtika bertindak pada perasaan dan mengekspresikan keprcayaan serta pendapat mereka, remaja menilai tinggi “kejujuran” dan bertingkah laku dengan cara-cara “benar untuk dirinya sendiri”.
3. Drs. Sumadi Suryabrata, BA, MA, Ed.S, Ph.D. 2002. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada. Hal : 221-222.
Kutipan :
Sis Heyster anak remaja laki-laki dan perempuan ke dalam tipe-tipe tersendiri.
a. Laki-laki
- Aktif dan member
- Cenderung untuk memberikan perlindungan
- Aktif meniru pribadi pujaannya
- Minat tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak, “zakelijk”
- Berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara.
b. Perempuan
- Pasif dan menerima
- Cenderung menerima perlindungan
- Pasif, mengagumi pribadi pujaannya
- Minat tertuju pada hal-hal yang bersifat emosional, konkrit, “persoonlijk”
- Berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain.
4. Elizabeth. B. Hurlock. 1978. PERKEMBANGAN ANAK Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Hal : 6.
Kutipan :
Kohlberg dan Piaget telah mendorong diadakannya sedemikian banyak penelitian. Teori Kohlberg mengenal perkembangan moral dan berpendapat perkembangan moral seorang berlangsung melalui tiga tahap, sedangkan Piaget mengusulkan empat tahap dalam perkembangan Kognitif, ia juga berpendapat bahwa ada tahapan dalam perkembangan bahasa, pemikiran, animistic dan penalaran.
5. H. Koestoer Partowisastro, S.Psy. 1983. DINAMIKA DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN Jilid II. Jakarta : Pt. Erlangga. Hal : 82.
Kutipan :
Cara-cara dalam memuaskan kebutuhan kasih saying seorang remaja pada usia 15-17 lain daripada usia 25-28. Para remaja belum siap memuaska kebutuhan kasih sayangnya secara orang dewasa memuaskannya. Demikian pula dengan berbagai hasrat-hasrat yang mendorongnya. Hasrat-hasrat itu harus dipenuhi dengan disertai santapan emosional. Dengan cara-cara yang tidak hanya sesuai dengan perkembangannya sendiri tetapi juga harus selaras dengan apa yang dianggap sesuai oleh kebudayaan bagi usia khususnya. Ia mencari pemuasan kebutuhan yang sepadan dengan umurnya sendiri.
6. John W. Santrock. 2007. REMAJA, edisi kesebelas. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. Hal : 47.
Kutipan :
Anna Freud (1996) mengembangkan sebuah gagasan yang menyatakan bahwa mekanisme pertahanan tersebut merupakan kunci untuk memahami penyesuaian diri remaja. Ia berpendapat bahwa masalah-masalah remaja tidak bersumber pada id atau kekuatan-kekuatan instingtual, namun pada “love object” atau “objek cinta” di masa lalu. Menurut Anna Freud, kelekatan dengan objek cinta ini , biasanya orang tua, berlangsung terus dimasa bayi, kemudian berkurang atau terhambat dimasa kanak-kanak. Dimasa remaja, dorongan-dorongan ini mungkun dibangkitkan kembali, atau, yang terburuk, terdapat dorongan-dorongan baru yang bergabung dengan dorongan sebelumnya.
7. Muhibbin Syah, M.Ed. P. 2003. PSIKOLOGI BELAJAR. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada. Hal : 33.
Kutipan :
Menurut Piaget dalam perkembangan kognitif tahap Formal-Operasional (11-15 th), seorang remaja sudah mempunyai dua kapasitas kemampuan sebagai berikut :
a. Kapasitas menggunakan hipotesis
b. Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
8. Panut Panuju dan Ida Umami. 2005. PSIKOLOGI REMAJA. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana. Hal : 17.
Kutipan :
Para ahli klasik berpendapat bahwa perkembangan individu itu melalui taraf-taraf dan fase-fase tertentu yang mempunyai spesifikasi masing-masing. Masa remaja merupakan masa kematangan fisik, kemudian diikuti masa kematangan emosi, dan diakhiri oleh perkembangan intelek. Klasifikasi ini adalah klasifikasi Aristoteles.
9. Prof. Dr. Mohamad Nur. 2001. PERKEMBANGAN SELAMA ANAK-ANAK DAN REMAJA. Surabaya: UNESA. Hal :58.
Kutipan :
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar. Remaja mulai menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka. Mereka bergelut dengan konsep-konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri.
10. Reni Akbar-hawadi. 2002. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK. Jakarta: PT Grafindo. Hal : 27-28.
Kutipan :
Menurut Ariety (1976) usia remaja (13-!5 tahun) dalam menerima kelompok, khususnya dari anggota-anggota yang berlawanan jenis membuat anak remaja mengendalikan pola perilaku mereka. Hal ini sama halnya dengan gang-age dimana si remaja menyesuaikan diri dengan tujuan agar bisa doterima oleh kelompoknya.
1. Dr. C. Asri Budiningsih. 2004. PEMBELAJARAN MORAL. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal : 26.
Kutipan :
Piaget dan Kohlberg (1980) telah mengatakan tentang perkembangan moral. Mereka telah melakukan penyelidikan pada pola-pola struktur penalaran manusia dalam mengadakan kepentingan moral daripada penyelidikan tingkah laku. Mereka telah mengembangkan teori-teori perkembangan moral yang dengan jelas memperlihatkan tahap-tahap mana yang dilalui oleh seorang individu dalam mencapai kemampuan moral. Teori mereka mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan moral dan perincian prosedur untuk menentukan siapa-siapa saja yang ada pada tahap-tahap itu.
2. Drs. Mochamad Nursalim, M.Si., dkk. 2007. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Surabaya : Unesa University Press. Hal : 36.
Kutipan :
Tugas psikososial remaja adalah menciptakan suatu perasaan yang Erickson sebut sebagai ego identity. Utnuk mencapainya biasanya tergantung pada beberapa aktivitas, yaitu:
a. Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang mereka
b. Mereka mencari sesuatu yang sudah berlalu
c. Krtika bertindak pada perasaan dan mengekspresikan keprcayaan serta pendapat mereka, remaja menilai tinggi “kejujuran” dan bertingkah laku dengan cara-cara “benar untuk dirinya sendiri”.
3. Drs. Sumadi Suryabrata, BA, MA, Ed.S, Ph.D. 2002. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada. Hal : 221-222.
Kutipan :
Sis Heyster anak remaja laki-laki dan perempuan ke dalam tipe-tipe tersendiri.
a. Laki-laki
- Aktif dan member
- Cenderung untuk memberikan perlindungan
- Aktif meniru pribadi pujaannya
- Minat tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak, “zakelijk”
- Berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara.
b. Perempuan
- Pasif dan menerima
- Cenderung menerima perlindungan
- Pasif, mengagumi pribadi pujaannya
- Minat tertuju pada hal-hal yang bersifat emosional, konkrit, “persoonlijk”
- Berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain.
4. Elizabeth. B. Hurlock. 1978. PERKEMBANGAN ANAK Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Hal : 6.
Kutipan :
Kohlberg dan Piaget telah mendorong diadakannya sedemikian banyak penelitian. Teori Kohlberg mengenal perkembangan moral dan berpendapat perkembangan moral seorang berlangsung melalui tiga tahap, sedangkan Piaget mengusulkan empat tahap dalam perkembangan Kognitif, ia juga berpendapat bahwa ada tahapan dalam perkembangan bahasa, pemikiran, animistic dan penalaran.
5. H. Koestoer Partowisastro, S.Psy. 1983. DINAMIKA DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN Jilid II. Jakarta : Pt. Erlangga. Hal : 82.
Kutipan :
Cara-cara dalam memuaskan kebutuhan kasih saying seorang remaja pada usia 15-17 lain daripada usia 25-28. Para remaja belum siap memuaska kebutuhan kasih sayangnya secara orang dewasa memuaskannya. Demikian pula dengan berbagai hasrat-hasrat yang mendorongnya. Hasrat-hasrat itu harus dipenuhi dengan disertai santapan emosional. Dengan cara-cara yang tidak hanya sesuai dengan perkembangannya sendiri tetapi juga harus selaras dengan apa yang dianggap sesuai oleh kebudayaan bagi usia khususnya. Ia mencari pemuasan kebutuhan yang sepadan dengan umurnya sendiri.
6. John W. Santrock. 2007. REMAJA, edisi kesebelas. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. Hal : 47.
Kutipan :
Anna Freud (1996) mengembangkan sebuah gagasan yang menyatakan bahwa mekanisme pertahanan tersebut merupakan kunci untuk memahami penyesuaian diri remaja. Ia berpendapat bahwa masalah-masalah remaja tidak bersumber pada id atau kekuatan-kekuatan instingtual, namun pada “love object” atau “objek cinta” di masa lalu. Menurut Anna Freud, kelekatan dengan objek cinta ini , biasanya orang tua, berlangsung terus dimasa bayi, kemudian berkurang atau terhambat dimasa kanak-kanak. Dimasa remaja, dorongan-dorongan ini mungkun dibangkitkan kembali, atau, yang terburuk, terdapat dorongan-dorongan baru yang bergabung dengan dorongan sebelumnya.
7. Muhibbin Syah, M.Ed. P. 2003. PSIKOLOGI BELAJAR. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada. Hal : 33.
Kutipan :
Menurut Piaget dalam perkembangan kognitif tahap Formal-Operasional (11-15 th), seorang remaja sudah mempunyai dua kapasitas kemampuan sebagai berikut :
a. Kapasitas menggunakan hipotesis
b. Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
8. Panut Panuju dan Ida Umami. 2005. PSIKOLOGI REMAJA. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana. Hal : 17.
Kutipan :
Para ahli klasik berpendapat bahwa perkembangan individu itu melalui taraf-taraf dan fase-fase tertentu yang mempunyai spesifikasi masing-masing. Masa remaja merupakan masa kematangan fisik, kemudian diikuti masa kematangan emosi, dan diakhiri oleh perkembangan intelek. Klasifikasi ini adalah klasifikasi Aristoteles.
9. Prof. Dr. Mohamad Nur. 2001. PERKEMBANGAN SELAMA ANAK-ANAK DAN REMAJA. Surabaya: UNESA. Hal :58.
Kutipan :
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar. Remaja mulai menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka. Mereka bergelut dengan konsep-konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri.
10. Reni Akbar-hawadi. 2002. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK. Jakarta: PT Grafindo. Hal : 27-28.
Kutipan :
Menurut Ariety (1976) usia remaja (13-!5 tahun) dalam menerima kelompok, khususnya dari anggota-anggota yang berlawanan jenis membuat anak remaja mengendalikan pola perilaku mereka. Hal ini sama halnya dengan gang-age dimana si remaja menyesuaikan diri dengan tujuan agar bisa doterima oleh kelompoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar