BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan
budaya, di mana setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri.Begitu juga dengan
hasil penelitian yang saya susun ini.Saya meneliti daerah tempat tinggal saya
sendiri yang terletak di Kabupaten Tulungagung bagian Barat, tepatnya di Desa Kates, Kecematan Kauman.Penelitian etnografis ini merupakan tugas UAS mata kuliah
Antropologi yang dibebankan pada setiap individu untuk meneliti etnografi yang ada di tempat asalnya.Selain
itu juga bertujuan meningkatkan motivasi dalam mempelajari dan menggali
materi-materi Antropologi melalui observasi dan wawancara.
Desa Kates adalah Desa berpenduduk 4672 jiwa (berdasarkan Sensus Penduduk 2011/2012) yang berlokasi di
Kecamatan Kauman, 10 kilometer dari ibukota Kabupaten Tulungagung. Hampir 99% penduduk Desa Kates adalah keturunan
jawa asli, sementara sisanya yang sebagian kecil merupakan pendatang yang
kemudian menetap. Penduduk di desa ini menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa
dalam berkomunikasi sehari-hari.
Keseluruhan penduduknya beragama Islam yang didominasi
oleh warga Nahdliyin.Penduduknya juga sebagian besar sudah mengenyam pendidikan
dan sudah mengenal IPTEK.Keadaan penduduk disini juga beragam, diantaranya ada
yang bekerja sebagai wiraswasta, petani, pekerja pabrik, kuli bangunan bahkan
masih ada yang pengangguran.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh sebanyak
mungkin informasi tentang kondisi etnis suatu daerah, meliputi sumber daya alam
dan manusianya, aspek sosiokultural, spiritual, ekonomi serta hal-hal lain yang
menjadi ciri pembeda daerah tersebut dengan daerah lainnya.Laporan ini disusun
sesuai dengan keadaan sebenarnya dan diperkuat dengan wawancara yang dilakukan
kepada sesepuh kampung atau warga daerah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Kondisi Geografis
A.
Letak dan Luas
Desa Kates terletak di Kecamatan
Kauman, sebelah Barat Kabupaten Tulungagung, dengan batas-batas sebagai berikut
Utara : Desa Bungur
Timur : Desa Banaran
Selatan : Desa Karanganom
Barat : Desa Segawe
Luas Desa Kates 776,025 Ha dan terbagi menjadi 3dusun yakni Jatisari,Kebonduren
dan Sendung.
B. Keadaan
Alam
Desa Kates
Terletak di daerah Perbukitan .Dan Sebagian Besar wilayahnya merupakan Bukit, sehingga Banyak orang yang bekerja
sebagai petani dan peternak.Daerah ini mendapatkan
curah hujan yang cukup dengan suhu udara yang cukup tinggi.
C. Keadaan Penduduk
Berikut keadaan jumlah penduduk Desa Kates, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.
Jumlah
penduduk : 4672 jiwa (sensus 2011/2012)
Laki-laki : 2.347 jiwa
Perempuan : 2.325 jiwa
Kepala keluarga : 1.521 jiwa
II.2.Asal mula dan sejarah suku bangsa
Setiap Desa pasti memiliki sejarah tersendiri mengenai
bagaimana terbentuknya desa mereka dan dari mana asal warga mereka yang
sekarang bermukim di desa tersebut. Seperti halnya yang akan dibahas pada bab
ketiga ini, mengenai sejarah Desa Kates.
Tak ada data tertulis mengenai sejarah berdirinya Desa Kates ini. Namun menurut salah satu sesepuh disini, nama Kates diambil dari sebuah
sumur peninggalan seorang wali yang pernah bermukim di desa ini. wali tersebut
membuat sumur karena beliau ingin minum dan tidak menemukan sumber air tawar.
Sehingga beliaupun membuat sumur tersebut.
Sumur tersebut bisa mengeluarkan air yang cukup banyak
dengan sendirinya sampai tumpah ke jalan dan terkadang air dalam sumur tersebut
juga bisa mendidih tanpa ada yang memasaknya. Sehingga warga dahulu meyakini
bahwa air dalam sumur tersebut hidup atau urip(bahasa jawa) dan akhirnya nama
perkampungan tersebut dinamakan Banyuurip.
Namun keberadaan sumur tersebut masih simpang siur.Ada
yang mengatakan sumur tersebut berada di tengah-tengah sebuah telaga yang
dinamakan Guaru. Namun ada juga yang mengatakan sumur tersebut ditutup kembali
oleh warga dikarenakan takut sumur tersebut akan meluas dan membanjiri desa.
II.3. Bahasa
Di Desa Kates ini penduduknya menggunakan bahasa jawa pada kehidupan sehari–hari.
Bahasa jawa yang digunakan dibedakan menurut lawan bicara yang dihadapi,
misalnya untuk berbicara dengan orang atau teman sebaya menggunakan bahasa jawa
ngoko, sedangkan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua dipergunakan
bahasa jawa kromo atau bahasa jawa yang lebih halus tingkatannya daripada
bahasa jawa ngoko.
Selain bahasa jawa, terkadang penduduknya juga
menggunakan bahasa Indonesia.Bahasa Indonesia biasanya digunakan dalam acara
yang bersifat resmi atau berada dalam suatu lembaga yang resmi, seperti ketika
berbicara dengan guru dalam kelas.
II.4. Sistem Religi
Dalam sistem religi, jarang sekali ditemui masyarakat
yang menganut aliran kepercayaan tertentu. Masyarakatnya keseluruhan beragama
islam yang terbagi atas warga Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Namun mereka
tetap hidup rukun meskipun ada sedikit perbedaan dalam ritual keagamaan.
Mereka masih menganut adat Jawa, disini dapat terlihat
dari kehidupan sehari–hari seperti tahlil dan do’a untuk orang yang sudah
meninggal. Hal ini dilakukan selama 7 hari berturut- turut setelah
meninggalnya, dilanjutkan 40 harinya, 100 hari sampai 1000 harinya. Mereka
menyerahkan semua urusan dunia dan akhirat kepada Tuhan Yang Maha Esa termasuk
urusan hidup dan mati.
Dalam menyambut hari-hari besar agama islam, mereka juga
melakukan selamatan. Seperti ketika akan menyambut hari raya idul fitri dan
idul adha mereka melakukan selamatan dengan membaca tahlil dan do’a
bersama-sama dan membuat jajanan khusus yaitu apem. Jajanan apem sendiri
diambil dari kata afwun yang artinya pengampunan. Jadi, jajan apem dimaknai sebagai ampunan
dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga pada waktu pelaksanaan hari raya idul fitri
dan idul adha mereka sudah mendapat ampunan dari Tuhan Yang Maha Esa dan bisa
melaksanakan ritual keagamaan dengan khusuk.
Selain itu mereka juga melakukan selamatan pada saat
Maulid Nabi Muhammad SAW, 10 Muharram, 15 Sya’ban atau nisfu sya’ban, 27 Rajab dan hari-hari besar lainnya.Para penduduk
secara sukarela membawa berbagai macam makanan dan buah-buahan, makanan
tersebut diletakkan di serambi masjid kemudian penduduk duduk saling berhadapan
di depan makanan-makanan itu, setelah pemuka agama membacakan doa para penduduk
berebut untuk mendapatkan berbagai makanan yang ada. Mereka selalu rutin
melakukan selamatan tersebut setiap tahunnya.
II.5. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi atau kegiatan ekonomi yang akan dibahas
pada penelitian Etnografi ini lebih mengacu pada sistem mata pencaharian hidup.
Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha yang dilakukan oleh setiap
warga demi memenuhi kebutuhan hidup seperti untuk mendapatkan barang dan jasa.
Tidak satupun warga desa ini bahkan masyarakat di Negara ini , baik prasejarah
maupun modern, yang tidak memiliki sistem mata pencaharian hidup. Namun
demikian, masing-masing generasi memiliki cara atau metode sendiri-sendiri saat
melakukan kegiatan ekonomi tersebut.Masyarakat disini pada umumnya bekerja
sebagai wiraswasta, nelayan, petani, dan kuli bangunan.
Sejak tahun 1990 sampai sekarang, masyarakat DesaKates banyak yang merantau
ke pulau tetangga yaitu pulau Bali menjadi seorang wirausaha. Mereka menjadi wirausaha
di Pulau Bali karena pekerjaan dirumah tidak bisa
menjamin kehidupan mereka. Sehingga mereka bertekat pergi merantaumeskipun banyak pekerja’an di daerah.
Selain itu juga tidak sedikit mereka yang bekerja
sebagai Peternak.Hampir setiap hari warga Desa ini pergi mencari rumput demi memenuhi
kebutuhan hidup Ternaknya .Untuk warga yang tidak memiliki Ternak mereka memilih bercocok tanam di Kebun ataupun di Persawahan.Di daerah persawahan mereka biasanya menanam padi, jagung, dan kacang-kacangan,. Sedangkan untuk yang di daerah hutan dan perbukitan
biasanya di tanami Tebu .Bercocok tanam biasanya
dilakukan dalam waktu yang tidak serentak namun disesuaikan dengan musim dan
keadaan tanah. Apabila musim sedang berpihak pada penanaman kacang-kacangan
maka harusnya ditanami kacang bukan dengan menanam jagung karena hasilnya pasti
tidak dapat dinikmati.
Akan tetapi setelah banyak masyarakat yang sukses menjadi wirausahawan di pulau bali, masyarakat banyak yang beralih pekerjaan menjadi pekerja di
industri tersebut. Ini dikarenakan gaji yang didapatkan lebih banyak daripada
bekerja sebagai peternak atau petani.Namun mayoritas
yang bekerja merantau merupakan kaum remaja yang berumur antara 19-25 thun .
II.6. Sistem Teknologi
Dalam kehidupan sehari- hari, mereka
sudah menggunakan peralatan modern.Dalam bidang pertanian, alat – alat yang
digunakan sudah sedemikian modern. Dalam membajak sawah misalnya, petani tidak
lagi menggunakan tenaga kerbau tetapi telah beralih ke traktor dan alat – alat
pertanian lain yang juga modern. Selain itu para Peternak disini juga sudah menggunakan Kendaraan motor Dalam mencari
pakan ternakmereka
,mereka sudah tidak berjalan kaki
lagi .
Dalam bidang trasportasi, untuk menuju dan keluar desa
ini dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.Bahkan hampir
setiap rumah sudah memiliki kendaraan bermotor. Untuk Ibu rumah tangga dalam
memasak juga sudah menggunakan alat-alat yang terbuat dari logam seperti magic
com, panci dan penggorengan serta menggunakan kompor dengan bahan bakar minyak
atau gas (LPG).
II.7. Sistem Pengetahuan
Setiap suku bangsa memiliki seperangkat pengetahuan,
hasil dari akumulasi pengalaman secara turun-temurun melalui proses belajar
dari masyarakat lain. Setiap suku bangsa biasanya mempunyai pengetahuan tentang
alam sekitar, pengetahuan flora dan fauna, sistem pengobatan sifat dan tingkah
laku manusia, dan pengetahuan tentang ruang dan waktu lainnya.
Sistem pengetahuan dalam hal ini merupakan salah satu
unsur terpenting dalam suatu masyarakat yang berfungsi sebagai penunjang
kehidupan. Berikut beberapa sistem pengetahuan yang dianut oleh warga Desa Kates, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.
1. Pengetahuan mengenai bentuk dan cahaya bulan sebagai pengganti
kalender yang mengacu pada tahun Hijriah.
2.
Sistem kalender berdasarkan bulan (astronomi).
II.8. Kesenian
Di Desa Kates ini kesenian yang ada banyak sekali jumlahnya. Kesenian yang
masih ada hingga sekarang diantaranya kesenian jaranan,Kesenian wayang dan
lain lain. Kesenian
jaranan sangat
sering di tampilkan bahkan di setiap dusun pun memiliki grup kesenian jaranan .
Kesenian Jaranan Termasuk salah satu kesenian di sini yang paling di gemari.Selain itu juga ada kesenian yang
bernama “ Tibak’an” sejenis musik–musik yang
bernafaskan islam. Alat–alat yang digunakan seperti halnya kendang, bedug,
dll.Digunakan untuk mengiringi sholawat nabi pada saat acara pernikahan.
Kesenian
yang paling digemari orang-orang tua disini adalah kesenian wayang kulit dan
sejenisnya.Ini dapat dilihat dari banyaknya penonton wayang jika kesenian ini
digelar di Desa adalah kelompok masyarakat yang berusia lanjut.Sedangkan
mayararakat yang usianya yang lebih muda khususnya remaja lebih menyukai musik
– musik yang seperti kita sering dengar saat ini.
II.9. Organisasi Sosial
Organisasi
yang ada di Desa Kates ini
banyak sekali macamnya. Dalam menjaga rasa kebersamaan
dan kekeluargaan, dibentuk organisasi-organisasi seperti Karang Taruna untuk
para pemuda sebagai generasi penerus dan Remas bagi para remaja yang aktif
dalam kegiatan kerohanian Islam.Selain
ada organisasi untuk para remaja, juga ada organisasi untuk para penduduk
bahkan ada pula organisasi untuk para ibu.dan ada juga untuk para petani yang ada di desa
Kates.
- Organisasi untuk remaja diantaranya :
- Karang taruna
- Remas ( Remaja Masjid)
- IPNU-IPPNU
- Organisasi untuk penduduk Desa diantaranya :
- LPM ( Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)
- LKM ( Lembaga Keswadayaan Masyarakat)
- PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)
- Kelompok Tani
BAB III
KESIMPULAN
Setiap desa atau daerah pasti mempunyai budaya dan ciri
khas sendiri-sendiri yang membuat daerah itu berbeda dengan daerah lainnya,
baik itu berupa kesenian, makanan khas, bahasa daerah, maupun adat
istiadat.Setiap desa juga pasti mempunyai sejarahtersendiri mengenai bagaimana
terbentuknya Desa mereka dan dari mana asal warga mereka yang sekarang bermukim
di Desa tersebut.
Keanekaragaman tersebut merupakan suatu anugrah dari
Tuhan Yang Maha Esa yang tak ternilai harganya.Kita wajib bersyukur dan
berusaha menjaga kelestariannya agar tidak punah ditelan zaman.Semua kekayaan
itu tidak patut dibeda-bedakan dan dipermasalahkan, kita wajib menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa agar tidak terpecah belah sesuai dengan Bhineka
Tunggal Ika.Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa harus mencintai
dan melestarikan kebudayaan daerah dan nasional di tengah-tengah era
globalisasi ini, agar anak cucu kita kelak bisa mengetahui dan mengenal
budayannya masing-masing.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus